إِذَا مَاتَ
الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan,
atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Anak sholeh merupakan hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak
mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi
anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih
mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia. (http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3393-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html)
Selain itu, kewajiban orang tua dalam mendidik anak juga ditekankan dalam firman Alloh jalla wa a’la:
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Oleh karena itu, tidak sepantasnya orang tua tidak memperhatikan
“investasi akhiratnya” dengan menyia-nyiakan pendidikan anaknya. Sebelum
terlambat, yakni anak menjadi nakal dan tidak tahu kebaikan,
perhatikanlah faktor-faktor penyebabnya. Sesal kemudian tidak ada arti.
Berikut ini adalah 31 kesalahan mendidik anak usia pra-sekolah dan 43 kesalahan mendidik anak usia sekolah yang dapat kami kumpulkan:
A. Kesalahan Mendidik Anak Usia Pra-Sekolah
No
|
Kesalahan
|
Seharusnya
|
1
|
Tidak memperhatikan tauhid anak | Anak usia pra-sekolah bisa diajarkan pertanyaan mendasar tentang siapa Robmu, siapa Nabimu, apa agamamu, Alloh berada di ‘Arsy, dll |
2
|
Tidak memperhatikan ibadah anak | Anak usia pra-sekolah bisa diajarkan tata cara wudhu dan sholat yang benar sesuai contoh Nabi |
3
|
Mendoakan keburukan pada anak saat marah | Tetap mendoakan kebaikan, karena bisa jadi doa itu dikabulkan |
4
|
Tidak membantu istri dalam mendidik anak, hanya menyerahkan tanggung jawab begitu saja | Mendidik anak hukumnya wajib, sehingga Anda harus mempergauli dan menyediakan waktu khusus untuk mereka |
5
|
Menjauhi anak dengan alasan pekerjaan, atau bahkan dakwah sekalipun | Tanyakan kepada diri anda, kebaikan apa yang sudah Anda ajarkan setiap hari |
6
|
Menutup diri dari anak-anak, tidak mendengar pendapat dan permasalahan mereka | Jadikanlah saat berkumpu menjadi menyenangkan, terbuka, dan lapang dada |
7
|
Kurang memperhatikan program/jadwal pendidikan anak | Disiplin dengan program/jadwal pendidikan yang telah ditetapka |
8
|
Tidak meniatkan apa pun saat mendidik | Niatkanlah dengan banyak hal seperti berharap pahala amal jariyah dan mengembalikan kemuliaan islam |
9
|
Melupakan keteladanan para salaf dalam materi pendidikan | Niatkan dan teladani para sahabat, para ulama, dan orang-orang sholih dalam memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu, sehingga anak-anak kita bisa meneladani para panutan tersebut |
10
|
Mendidik anak dengan televisi | Dewasa ini, televisi menjadikan sarang kebobrokan moral, jauhkanlah dari keluarga kita |
11
|
Tidak meng-update metode pembelajaran | Ikutilah perkembangan baru dalam pendidikan sebagai tambahan dari teori dan metode dasar pendidikan yang telah diketahui |
12
|
Tidak memberikan keteladanan orang tua | Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, berikanlah keteladanan |
13
|
Tidak memperhatikan perkembangan anak menurut usia mereka | Faham dan mengerti tabiat pada fase-fase umur anak |
14
|
Meremehkan, mencela, dan merendahkan mereka | Mempergauli dengan baik serta menghormati sebagaimana anak yang sudah besar |
15
|
Terlalu sering menghukum, terutama hukuman fisik | Sering memotivasi, memberi semangat, dan hadiah dengan cara beragam. Jika memukul mereka karena meninggalkan sholat baru boleh dilakukan setelah mereka berumur 10 tahun. Tentu memukul mereka saat berumur kurang dari 10 tahun karena perkara sepele merupakan perbuatan dzolim. Wallohu a’lam |
16
|
Mengritik di depan anak yang lain secara terus menerus | Bila anak salah, koreksilah secara khusus ketika sendiri |
17
|
Selalu mengingatkan kekurangan dan tidak pernah memuji | Memujinya di depan anak yang lain karena kebaikan yang dikerjakan agar dicontoh anak yang lain dan mendoakan kebaikan baginya |
18
|
Mengerjakan segala pekerjaan anak (baik dikerjakan sendiri atau pembantu) dan tidak membiasakannya mandiri/berdikari | Membiasakan anak untuk mengurus diri sendiri, seperti pakaiannya, kamarnya, buku-bukunya, dan memujinya atas perbuatan itu |
19
|
Tidak memperhatikan kebersihan anak | Membiasakan anak selalu menjaga kebersihan, seperti gigi, kamar, dan barang-barangnya |
20
|
Kurang memperhatikan ‘fastabiqul khoirot’ (berlomba-lomba dalam kebaikan) antar anak | ‘Fastabiqul khoirot’ akan mendorong semangat berbuat kebaikan yang lebih, sembari diberikan motivasi pahala dan surga |
21
|
Tidak mengetahui dan menumbuhkembangkan potensi anak | Meneliti kecenderungan dan cita-cita anak serta memberikan kesempatan untuk mengembangkannya |
22
|
Tidak mengajaknya bertemu dengan para tokoh yang memiliki keutamaan | Mengajaknya berkunjung ke tempat orang-orang sholih agar bisa turut mengambil faedah |
23
|
Tidak memberikan tempat pribadi bagi anak | Memberikan tempat khusus atau kamar bagi anak yang di dalamnya diletakkan segala miliknya |
24
|
Meremehkan kemampuan seni anak | Memberikan buku-buku cerita, buku gambar, peralatan mewarnai, dsb |
25
|
Hanya menggunakan sarana ‘hardcopy’ | Gunakan juga sarana modern, seperti video dan software yang mendidik |
26
|
Tidak membiasakan anak di atas sunnah | Membiasakan doa-doa yang diajarkan nabi dalam segala keadaan, misal doa keluar dan masuk rumah, doa akan dan bangun tidur, doa sebelum dan sesudah makan, dan doa serta adab lainnya. |
27
|
Menjadikan kepergian dan kedatangan anak adalah hal yang biasa tanpa perasaan kasih sayang atau bahagia | Membiasakan anak untuk pamitan dan menyambut kedatangannya dengan bahagia |
28
|
Bersikap keras terhadap anak | Luangkan waktu bermain dengan anak meskipun sebentar agar lebih mendekatkan |
29
|
Tidak membiasakan ruqyah syar’iyyah saat akan tidur | Membiasakan ruqyah syar’iyyah dengan membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas, meniupnya ke kedua telapak tangan lalu mengusapkan ke seluruh tubuh anak yang bisa dijangkau, 3 kali (Muttafaqun ‘alaih) |
30
|
Tidak pernah mencium saat tidur | Mencium saat tidur merupakan wujud kasih sayang pada anak |
31
|
Suami-istri bertengkar di depan anak | Jangan lakukan, anak tidak akan menghargai karisma orang tua |
32
|
Membela anak yang salah | Jangan membela anak yang salah, ajarkan anak untuk mau mengakui kesalahan |
33
|
Berjalan sendiri-sendiri | Gandengah tanggannya saat jalan bersama. Hal ini akan menambah kedekatan |
34
|
Membiarkan anak suka jajan makanan | Membekali anak ke sekolah dengan makanan buatan sendiri yang higienis |
35
|
Mengizinkan untuk tidak sarapan pagi | Penting untuk memperhatikan menu makan pagi bagi anak |
36
|
Membiarkan anak untuk hanya memakan makanan yang disukainya saja | Mengajarkan kapan, bagaimana, dan apa yang dimakan dengan tetap memberikan kebebasan memilih makanan |
37
|
Tidak memperhatikan pada hari-hari pertama masuk sekolah, bertindak keras dan memaksanya | Memperhatikan dan membuatnya suka dengan sekolah |
38
|
Tidak memperhatikan hubungan antara rumah, sekolah, dan guru, serta tidak pernah mengunjunginya saat di sekolah | Dekat kepada anak dan gurunya, serta terkadang mengunjunginya saat di sekolah sebagai wujud perhatian kepadanya |
39
|
Memberikan teguran keras terus-menerus dan membuatnya menangis karena tidak memperhatikan pelajaran di sekolah | Terus memotivasi anak untuk belajar |
40
|
Membanting/melempar buku saat anak tidak paham | Padahal seharusnya malah diberi motivasi |
41
|
Mengerjakan pekerjaan rumah (PR) anak dan memanjakannya | Mengarahkan anak dalam belajar dan mengerjakan PR (anak harus mandiri mengerjakannya) |
42
|
Membiarkan anak belajar sendiri | Temanilah saat belajar. Bimbinglah, sembari melihat perkembangan anak |
43
|
Menyamaratakan dalam metode mengajar anak | Memperhatikan kondisi setiap anak. Sayang dan berhati-hati dalam memberikan pemahaman ilmiah |
44
|
Tidak mengindahkan acara pertemuan wali murid | Hadir, bertatap muka dengan guru, dan menanyakan perkembangan anak |
45
|
Liburan tanpa kesan pendidikan | Pilihlah liburan yang bermanfaat, yang dapat diambil faidahnya |
46
|
Mencela cara berbicara dan bahasa anak secara terus-menerus, walaupun bercanda | Memberikan kebebasan berekspresi sepanjang masih dalam koridor syariat |
47
|
Tidak menanamkam kegemaran membaca | Menanamkan kegemaran membaca dengan memberikan keteladanan, nasihat, dan buku-buku menarik yang bermanfaat |
48
|
Membiarkan anak membaca cerita fiksi, novel, komik, dan bacaan tidak berguna lainnya | Mengalihkan ke bacaan-bacaan yang bermanfaat seperti siroh Nabi dan orang-orang sholih |
49
|
Sangat membatasai pergaulan anak dan mengungkungnya dalam rumah | Memperluar arena interaksi dengan dunia luar yang menyebabkan pengalaman kehidupan anak bertambah selama tidak membahayakan diri dan agamanya |
50
|
Tidak menyukai anak dengan menganggapnya sebagai musibah dan aib dengan terus-menerus mengejek perkataam dan perbuatannya | Memberikan persepsi kepada anak bahwa dia disukai, menyayangi anak dan menganggapnya sebagai amanah dan karunia |
51
|
Tidak memberikan keteladanan, membiarkan “kurang ajar” | Membiarkan keteladanan dalam akhlak dan ibadah |
52
|
Menakuti dengan jin / hantu | Menanamkan keberanian dan memberikan penjelasan bahwa takut dengan jin / hantu termasuk kesyirikan karena jin / hantu tersebut tidak dapat memberikan kemudhorotan tanpa izin Alloh |
53
|
Hanya sekedar mengobati anak yang cacat, tidak memberikan motivasi | Selain mengobati juga memotivasi (membesarkan hatinya) dan mengembangkan bakat lainnya |
54
|
Membatasi kebebasan dalam mengembangkan bakat | Memberikan kebebasan kepada anak dalam mengembangkan dan menunjukkan bakatnya selama masih berada dalam koridor syariat |
55
|
Keras dalam mendidik kedisiplinan (militerisme) | Mengedepankan kasih sayang dan kelemah-lembutan |
56
|
Membandingkanya dengan anak yang mempunyai kemampuan lebih dan terus mengejeknya | Menanamkan keyakinan bahwa anak anda bisa melebihi mereka yang mempunyai kemampuan lebih |
57
|
Selalu memarahi dan menuduh atas perilaku yang dilakukan anak | Kedepankanlah kasih sayang dan carilah penyebabnya terlebih dahulu |
58
|
Memanjakan anak | Menumbuhkan kemandirian (berdikari) anak |
59
|
Membiarkan ke-egoisan anak | Ajarilah pentingnya menghormati hak orang lain |
60
|
Menyerahkan urusan kebersihan kamar kepada pembantu dan membiarkan anak tidak mandi | Tanamkan kemandirian dalam membersihkan diri sendiri dan lingkungan rumah |
61
|
Tidak mau diajak bermain | Luangkanlah waktu untuk bermain, walaupun sebentar |
62
|
Tidak pernah mengasah otak anak dengan mengambil ibroh dari berbagai kejadian | Mengambil hikmah dari suatu kejadian penting juga akan mengasah kepekaan sosial anak |
63
|
Bangga dengan ketakutan anak pada orang tuanya | Anak yang bahagia, tenang, dan tentram lebih mudah untuk menerima pelajaran apapun |
64
|
Berlebihan mencela kesalahan guru | Jangan berlebihan mengritik kesalahan guru. Guru juga termasuk orang tua yang wajib dihormati |
65
|
Menyebutkan aib-aib guru | Di samping ghibah, hal tersebut akan menjatuhkan kharisma guru. Sebutlah kebaikannya |
66
|
Menganggap anak yang bertanya terus sebagai pengganggu, berisik, dan “bawel” | Anak sering bertanya merupakan perkara lumrah dan bahkan menandakan anak yang cerdas. Orang tua semestinya menjawabnya dengan jawaban ilmiah dan memuaskan, sehingga lebih membangkitkan keinginan anak untuk belajar dan mencari tahu |
67
|
Membiarkan anak menonton hal-hal yang tidak mudhorot di TV | Tidak menghadirkan TV di rumah, mengalihkannya dengan pelajaran ilmu agama yang bermanfaat dari Al-Qur’an dan Sunnah. Ajarkan juga cara memanfaatkan waktu dengan baik dengan keteladanan para salafush sholih |
68
|
Tidak menyuruh sholat pada umur 7 tahun dan tidak memukulnya pada umur 10 tahun jika masih tidak mau mengerjakan sholat (HR. Abu Daud dan Ahmad). Tidak pernah mengajak sholat berjamaah di masjid | Suruhlah sholat pada umur 7 tahun dan pukullah jika masih tidak mau mengerjakannya pada umur 10 tahun. Jika anak dapat tenang di masjid, ajaklah anak untuk ikut sholat berjamaah di masjid. |
69
|
Membiarkan anak mengakhirkan waktu sholat | Ajarilah untuk disiplin atas kewajibannya |
70
|
Tidak pernah mengajarkan/ menyuruh menghafal Al-Qur’an dan hadits | Hafalan Al-Qur’an dan hadits (bisa dimulai dengan arba’in nawawiyah) harus dimulai sejak dini |
71
|
Tidak tahu adab dan akhlak rosululloh | Orang tua harus berilmu terlebih dahulu sebelum mengajarkan adab dan akhlak yang benar |
72
|
Hanya mengajari masalah fikih (misalnya wudhu dan sholat) dengan lisan | Praktikanlah secara langsung dan tuntunlah secara detail |
73
|
Tidak pernah memberikan hadiah / penghargaan kepada anak atas prestasi tertentu | Memberikan hadiah harian / mingguan / bulanan / tahunan akan lebih memotivasi, walaupun sedikit |
74
|
Tidak pernah menghukum anak atas kesalahan yang diperbuatnya | Menghukum dengan hukuman yang sesuai dan tidak terus-menerus membuat anak mau mengakui kesalahan dan jera |
75
|
Cerita dan keluhan anak di sekolah dianggap mengganggu dan membuang waktu | Dengarkanlah ceritanya sambil menasihati kebaikan |
76
|
Membiarkan anak mencari jati dirinya sendiri setelah ABG/dewasa | Masa dewasa sangat rawan terbawa arus, arahkan, ajak bermusyawarah atas perbuatan baik. |
77
|
Membiarkan anak hobi musik, bahkan menghafal syair-syairnya | Musik diharamkan (HR. Bukhori), karena itu harus dijauhkan dari anak-anak. Sibukkanlah dengan menghafal Al-Qur’an dan hadits. Lagu dan musik merupakan seruling setan yang memiliki andil besar dalam merusak akhlak dan jiwa anak. |